Diliput dari salah satu media online internasional, Wuhan yang awalnya menjadi sumber penyebaran COVID-19, kini sudah kembali normal. Yang awalnya begitu berantakan karena pandemi, kemudian sepi karena menghindari kerumunan, dan kini sudah aktif kembali seperti sedia kala. Bagaimana dengan negeri kita Indonesia?
Kita masih kewalahan untuk menghadapi pandemi. Ada banyak faktor yang tidak perlu kita sebutkan detail satu per satu. Baik dari sisi pemerintah atau masyarakat, sama-sama punya andil dalam kondisi terkini.
Tentu kita berharap pandemi di negeri ini segera berakhir. Tapi kita tidak tahu pasti akan sampai kapan. Kita berharap sesegera mungkin. Tapi ada juga yang memprediksi masih sulit dan mungkin butuh waktu yang lama. Kita sebagai hamba yang beriman, lakukan saja ikhtiar terbaik dan langitkan doa yang terbaik pula. Berharap dan berdoa agar Allah angkat wabah COVID-19 dari negeri ini dan bumi ini. Berikhtiar dengan menjalankan protokol kesehatan yang telah diarahkan oleh pemerintah. Serta mendukung para peneliti dan pihak yang memang punya keilmuan di bidang ini.
Menjalankan protokol kesehatan adalah standar yang harusnya kita jalankan. Pertanyaan selanjutnya, kita bisa lakukan apa lagi? Bagaimana dengan berkarya?
Berkarya seringkali diharapkan bisa maksimal saat kondisi serba lengkap. Segala hal yang dibutuhkan ada. Tapi nyatanya, seringkali kondisi serba ada membuat kita lalai, nyaman, dan menjalani apa adanya.
Sebaliknya, ada yang dengan kondisi terbatas, mereka malah bisa menembus batas. Berbuat sesuatu yang diprediksi sulit untuk terjadi. Tapi nyatanya, mereka membuktikan itu.
Selama masa pandemi, kita sudah bikin apa?
“Pengen sih, tapi bingung mau bikin apa?
Coba deh tuliskan kondisi terkini. Baik itu keterbatasan atau mungkin malah keberlimpahan. Contoh:
- Dirumahkan karena perusahaan mengurangi jumlah karyawan
- Work from home karena kebijakan perusahaan
- Lebih banyak waktu di rumah
Mari kita analisis tiga kondisi ini saja.
Dirumahkan karena perusahaan mengurangi jumlah karyawan mengakibatkan sumber penghasilan utama terganggu. Yang biasanya ada gaji bulanan, sekarang tidak lagi ada. Masalah? Bisa jadi. Tapi bagi sebagian orang, ini malah menjadi momentum baginya untuk membuka usaha sendiri.
Work from home menjadi “tren baru”. Yang biasanya segala pekerjaan dijalankan dari kantor, kini dijalankan dari rumah. Yang biasanya kerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore, kini tidak harus seperti itu. Setiap pekerjaan bisa “nyambi” asal terselesaikan.
Lebih banyak waktu di rumah menjadi kesan tersendiri. Yang biasanya bertemu anak hanya di pagi dan malam hari, kini bisa 24 jam. Harusnya disyukuri. Walau harus ada penyesuaian ritme pekerjaan yang membuat kita terpecah fokus antara kerja dan quality time bersama keluarga.
Kondisi pandemi memang tidak menyenangkan pada awalnya. Walau mungkin bagi sebagian orang, ternyata inilah momen pekerjaan yang dicari. Bisa bekerja dari rumah tapi gaji dari perusahaan tidak terganggu. Tidak harus macet-macetan di jalan, lebih hemat waktu, banyak keinginan yang selama ini tertunda terselesaikan, dan berbagai hal lain yang menjadi hikmah saat kita berpikir jernih.
Ya, kita memang tidak punya kuasa untuk menghentikan pandemi. Tapi kita bisa melakukan suatu hal yang bermakna bagi kita.
Jadi, sudah melakukan apa selama pandemi?
Membuka usaha baru? Menyelesaikan naskah pribadi yang tertunda sekian lama? Menggerakkan komunitas sosial? Lebih banyak mengikuti kajian online?
Ya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan di masa pandemic.