Pandemi sudah masuk 1 semester. Seperti masa pelajaran di sekolah ya.
Kebijakan belajar dari rumah yang dimulai sejak Maret, dilanjutkan di semester baru mulai Juli. Entah sampai kapan sistem pembelajaran seperti ini akan berlanjut.
Menyulitkan? Ya bisa jadi. Baik guru, murid, bahkan oranhtua perlu adaptasi untuk kebiasan baru ini. Di social media banyak bertebaran curhatan guru, orangtua dan murid atas kondisi ini. Ada yang kesannya menyedihkan, ada juga yang menggembirakan.
Sebagian besar dari kita mungkin menginginkan untuk kembali ke situasi normal. Belajar kembali di sekolah. Bertemu secara fisik antara guru dan murid. Bahkan ada saja orangtua yang ingin berlepas tangan dan memberikan kembali kewenangan kepada guru untuk mengajar karena tidak sanggup membersamai anak belajar di rumah.
Tentu banyak tantangan dan hal yang menyulitkan selama pembelajaran jarak jauh. Kita pun ingin kembali seperti sedia kala, bahkan dalam kondisi jauh lebih baik. Tapi mari kita jeda sejenak dan merenung. Apa-apa yang terjadi bukanlah sia-sia. Pasti ada hikmah yang ingin Allah ajarkan kepada kita.
Dari kondisi pandemi, apa kira-kira hikmah dari pembelajaran jarak jauh bagi guru dan murid? Berikut adalah beberapa jawaban yang didapat dari curhatan guru, orangtua, termasuk murid.
Hikmah untuk Guru
1. Lebih Dekat Secara Personal
Berapa jumlah murid dalam satu kelas? Biasanya 20 hingga 30 murid. Angka “biasanya” bukan berarti angka yang ideal dan porsi terbaik. Karena faktanya, tidak semua murid mendapatkan “sentuhan” oleh gurunya karena perlakuan yang diberikan sama rata semuanya.
Di masa pandemi dengan sistem pembelajaran jarak jauh, guru jadi belajar untuk lebih dekat secara personal kepada murid. Semakin sadar bahwa setiap murid berbeda, dan pendekatannya tentu juga berbeda. Tidak bisa lagi menggunakan sistem pukul rata semua untuk mendapatkan hasil maksimal.
Salah satu yang cukup terlihat adalah kondisi keluarga murid. Guru pun sadar ada orangtua yang mendukung anak, ada juga yang abai. Ada anak yang fasilitasnya lengkap, ada yang gadget saja tidak punya. Lantas, apakah guru menyerah dengan kondisi yang ada? Tentu bukan itu pilihan guru yang bijak. Pendekatan personal pun mau tidak mau harus dilakukan.
2. Lebih Kreatif
Guru ditantang menjadi lebih kreatif. Ini jelas sekali. Guru yang nyaman dengan status quo bahwa “saya guru, saya harus dimuliakan” sulit untuk bertahan. Guru yang tidak ingin bertumbuh akan mengalami berbagai kesulitan. Maka belajar, beradaptasi, dan lebih kreatif adalah kebutuhan.
Ini bukan perihal guru senior dan guru muda ya. Melainkan guru yang punya jiwa pembelajar. Karena faktanya, banyak kok guru senior dengan segala keterbatasan memahami teknologi tapi tetap memberikan kesan kepada muridnya.
Kreatif adalah hal penting. Tapi mengajar dengan hati adalah kunci.
3. Lebih Santai Tapi Harus Stand By
Secara fisik, guru dan murid memang tidak bertemu. Jika dalam kondisi normal biasanya guru berdiri di depan kelas, dalam kondisi pandemi, guru dan murid bisa menjalani proses belajar mengajar dengan berbagai aktivitas lainnya. Asalkan tugas dan pembelajaran terselesaikan.
Guru mungkin tidak harus berjaga dengan jam pelajaran seperti biasa. Bahkan tidak sedikit guru yang siap sedia selama 24 jam karena berbagai pertanyaan dari muridnya. Semoga hidup para guru yang siap sedia untuk pendidikan muridnya selalu dimuliakan oleh Allah. Aamiin.
Hikmah untuk Murid
1. Belajar Adab
Ini yang paling utama dari murid. Mendahulukan adab dibandingkan ilmu. Maksudnya?
Murid dituntut untuk benar-benar menghargai proses belajar. Tidak bisa suka-sukanya atau bebas sebebasnya belajar ingin seperti apa. Memang guru tidak ada di depan kelas. Murid pun tidak harus terpaku untuk berada di depan laptop untuk mengerjakan tugas dalam waktu 24 jam. Tapi murid belajar adab, kapan memulai belajar, tidak telat, mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Intinya lebih mandiri.
2. Lebih Pede Karena Tidak Tatap Muka
Pada pelajaran tertentu, hal ini berlaku. Misalkan untuk ujian praktik yang mengharuskan tampil di depan kelas. Yang biasanya murid grogi karena melihat banyak orang di depan matanya dan diperhatikan oleh gurunya, kini dia bisa lebih percaya diri karena hanya melihat dari layar monitor laptop saja.
Baik guru atau murid sama-sama belajar dalam kondisi pandemi untuk menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Selalu ada hikmah bagi semua. Bagaimana dengan orangtua? Apakah ikut belajar juga?