Saat seseorang telah bersaksi bahwa tidak Tuhan selain Allah, maka orang tersebut juga harus siap dengan tuntutan dan konsekuensi yang harus dipenuhinya. Salah satunya adalah keridhaannya kepada Allah. Ada tiga bentuk ridha kepada Allah yang harus dimiliki oleh setiap muslim, di antaranya adalah:
1. Ridha pada kehendak Allah terkait hal yang ghaib
Termasuk dalam bentuk keridhaan terkait hal yang ghaib adalah ridha atas ketetapan Allah dalam menciptakan kita pada satu jenis kelamin tertentu, lahir dari keluarga tertentu, rezeki yang kita terima, jodoh yang kita dapatkan, kejadian yang kita alami, dan lain sebagainya. Hal seperti ini termasuk dalam perkara qadha dan qadar.
Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu tuntutan dan konsekuensi keimanan. Karena itu, sikap seorang muslim terhadap hal ini adalah laa yas-alu ‘amma yaf’alun atau tidak bertanya terhadap apa yang telah Allah lakukan. Karena hanya Allah yang paling mengetahui mengenai hal – hal yang bersifat ghaib.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,”
(QS. Al-Hadid: 22-23)
2. Ridha pada kehendak Allah terkait alam semesta
Yang kedua adalah ridha pada kehendak dan ketentuan Allah yang terkait dengan alam semesta. Atau sering juga disebut sebagai sunnatullah dan fenomena alam semesta. Ketetapan yang berkaitan dengan alam semesta merupakan bentuk ketetapan yang boleh dikaji dan dibahas.
Bahkan, Allah memerintahkan pada orang yang beriman dan mau berpikir untuk membahas berbagai sunnatullah tersebut. Karena di dalamnya terdapat tanda – tanda kekuasaan Allah yang jika diketahui dapat memperkuat keimanan seorang hamba.
Pembahasan dan pengkajian mengenai berbagai fenomena alam semesta juga perlu dilakukan karena dapat dimanfaatkan untuk kebaikan manusia.
“…Shaleh berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).’”
(QS. Huud: 61)
3. Ridha pada kehendak Allah terkait ketentuan syariat
Yang ketiga adalah ridha terhadap kehendak Allah yang berkaitan denan ketentuan syariat. Yaitu, pada apa – apa yang telah ditetapkan, diperintahkan, dan dilarang oleh Allah. Keridhaan terhadap hal ini termasuk sebagai bukti penghambaan seorang manusia kepada Allah.
Ketaatan seorang hamba terhadap ketetapan syariat nantinya akan ditanya atau dihisab di hari akhir. Maka, merugilah orang yang tidak ridha dan tidak mengikuti syariat yang telah ditetapkan. Serta beruntunglah orang – orang yang ridha dan mengikuti ketetapan syariat.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : ‘Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya’. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”
(QS. Asy-Syura: 13)
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.”
(QS. Al-Anbiya: 23)
Tiga bentuk keridhaan tersebut harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai bentuk keridhaan hamba kepada Tuhannya. Dengan memiliki keridhaan kepada Allah, maka seorang manusia akan merasa tenang dalam menjalani kehidupannya.