Untuk kamu yang familiar dengan istilah ini, kemungkinan besar kamu adalah orang yang berkecimpung di dunia IT karena ini adalah materi fundamental di dunia IT. Yang di zaman social media ini, istilah ini sering muncul karena dikaitkan dengan bagaimana social media bekerja yaitu algoritma social media, yang satu ini pasti kamu lebih familiar dibanding dengan istilah “algoritma” saja kan?
Buat kamu yang masih awam, bisa memahami algoritma sebagai fitur, dalam konteks social media bisa jadi dipahaminya adalah fitur social media. Misal sedang dibahas tentang “algoritma Instagram berubah lagi, konten dengan format reels atau video panjang akan lebih diminati”, lantas yang terpikir adalah fitur video reels-nya, bukan algoritma yang menjadi esensi dari mengapa video reels menjadi diminati. Semakin bingung dengan bagaimana algoritma sebenarnya bisa menjadi sekutu dalam sebuah teknologi atau solusi digital? Kita simak lebih lanjut supaya tidak salah kaprah mendefinisikan dan memahami algoritma.
Apa Itu Algoritma?
Secara definisi, istilah “algoritma” dapat diartikan dengan serangkaian instruksi atau aturan yang diikuti oleh komputer untuk menyelesaikan tugas tertentu. Dalam konteks social media, algoritma digunakan untuk mempersonalisasi pengalaman pengguna. Dengan kata lain, setiap kali kita klik tombol like, berkomentar, atau berbagi sesuatu, data tersebut akan digabungkan dengan algoritma. Data ini digunakan untuk memprediksi apa yang kamu sukai dan menyajikan konten yang relevan kepadamu. Jadi, jangan heran setiap feed atau timeline yang kamu lihat di explore Instagram, fyp tiktok, timeline YouTube sebenarnya disusun oleh algoritma yang berusaha memberikan apa yang paling menarik bagi kamu.
Bagaimana Algoritma Bekerja di Social Media?
Di balik setiap aplikasi media sosial, ada algoritma canggih yang bekerja tanpa henti. Contohnya, Instagram menggunakan algoritma untuk menentukan postingan mana yang muncul di atas feed kamu. Algoritma ini mempertimbangkan faktor seperti interaksi sebelumnya, jenis konten yang kamu nikmati, dan bahkan durasi waktu kamu aktif di aplikasi. Meta melalui Facebook juga menerapkan metode serupa, di mana setiap interaksi kita dengan konten akan membentuk pengalaman kamu di masa mendatang. Algoritma ini bertujuan untuk menjaga kamu tetap mengakses aplikasi selama mungkin, sehingga kamu ketagihan dan terus kembali menggunakan aplikasi tersebut.
Penerapan Algoritma dalam Iklan dan Konten
Salah satu penerapan paling menonjol dari algoritma di social media adalah pada iklan dan konten yang direkomendasikan alias suggested content. Jangan kaget jika iklan yang tampil di soclal media yang kamu akses itu relevan dengan kamu. Mungkin kamu merasa “wah aplikasi ini mengerti sekali kebutuhanku!”. Memang benar, faktanya, algoritma menyambungkan historical konten yang kamu minati dengan produk terkait yang sedang trend dan cocok dengan kamu. Algoritma iklan menggunakan data yang dikumpulkan dari aktivitas online kamu untuk menargetkan iklan yang paling mungkin menarik perhatian kamu.
Lebih menariknya lagi tentang algoritma dalam iklan dan konten adalah formatnya mengikuti apa kesukaan kita. Misalnya kamu suka menikmati konten dalam format video vertical, maka akan ditampilkan lebih banyak format iklan tersebut. Selain itu, algoritma rekomendasi bekerja dengan cara yang sama, dengan menawarkan konten yang dipersonalisasi berdasarkan riwayat penelusuran dan interaksi kamu. Menarik bukan?
Bagaimana Memanfaatkan Algoritma?
Walaupun dalam sudut pandang pemilik aplikasi, pengguna social media seperti kita adalah obyek, tapi kita tidak perlu merasa tak berdaya di hadapan algoritma. Ada beberapa cara cerdas untuk memanfaatkannya:
- Ajari Algoritma Menampilkan Konten yang Relevan Sadari bahwa setiap interaksi dengan konten di social media adalah data yang memberi makan algoritma. Dengan lebih selektif dalam menyukai, berkomentar, dan berbagi, kamu bisa mempengaruhi jenis konten yang muncul di feed atau timeline.
- Atur Privasi dan Preferensi Kamu bisa mengatur privasi dan preferensi untuk mengontrol jenis iklan yang ingin kamu lihat. Walaupun kita sebagai obyek di social media yang tetap terbuka terhadap konten baru dan beragam, kita diberi keleluasaan untuk mengontrol jenis iklan yang kita konsumsi. Bahkan di YouTube tidak jarang ada kuesioner yang mengkonfirmasi tentang iklan yang muncul apakah relevan dan kita sukai. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan pengalaman ber-social media yang aman tapi tetap relevan.
Jadi, untuk kamu yang berharap akan menghapuskan algoritma, sayangnya itu sulit bahkan tidak mungkin terjadi, karena itu adalah sebuah kesatuan dan penggerak si aplikasi. Kita yang aktif menggunakan aplikasi dan teknologi-teknologi lainnya yang harus adaptif tumbuh bersama teknologi, memahami cara kerja algoritma adalah langkah penting untuk menjadi pengguna yang lebih cerdas dan terinformasi. Jangan biarkan algoritma mengontrol kita, tetapi kendalikan bagaimana kita berinteraksi dengannya.