Sudah tidak asing lagi pasti dengan istilah Content Creator. Maraknya teknologi khususnya di social media membuat munculnya profesi baru content creator yang aktivitas utamanya adalah membuat konten yang ditujukan untuk audience-nya. Content yang dimaksud ini bisa bermacam-macam formatnya: video, audio, gambar, artikel, ebook, dan format audio visual lainnya. Pertanyaannya, dibalik publikasi konten yang masiv, apakah hanya audience yang berwujud manusia satu-satunya yang mengkonsumsi konten?

Untuk orang awam, pertanyaan di atas jelas tidak umum, pasti jawabannya “pastinya manusia satu-satunya yang bisa mengkonsumsi konten”. Tapi, sadarkah kita bahwa konten itu dipublikasikan di sebuah platform yang notabene platform tersebut juga mengkonsumsi data yang digunakan untuk melayani audience (manusia) ketika melakukan pencarian. Bayangkan, bagaimana caranya google bisa memberikan kita rekomendasi artikel, gambar, video yang relate dengan keyword yang kita ketikkan di pencarian? Ya, kamu sudah mulai sadar, keyword adalah kuncinya.

Artikel

Konten jenis ini yang paling mudah ditebak, karena format utamanya adalah teks, teks dengan penambahan visual berupa foto atau gambar. Keyword yang juga berupa teks, sudah sewajarnya format ini yang sering dijadikan konten dinamis yang selalu di-maintain. Tak heran banyak media online memacu para kontributornya untuk terus menerbitkan artikel setiap hari sebanyak mungkin untuk menarik lebih banyak pengunjung. Keyword sendiri dalam sebuah artikel letaknya bukan cuma di judul, tapi juga berada di keseluruhan artikel mulai dari awal paragraf sampai dengan akhir paragraf.

Gambar

Mungkin kamu tidak menebak dan bergumam “mana bisa keyword ada di sebuah gambar?”. Ya, pertanyaan itu relevan ketika sebelum adanya teknologi AI/ML alias Artificial Intelligence/Machine Learning. Dengan adanya teknologi itu, platform dimudahkan untuk mendeteksi jika ada unsur tulisan di sebuah gambar, dan tulisan itu dijadikan sebuah teks untuk nantinya direkomendasikan kepada audience yang melakukan pencarian. Misalnya ada sebuah foto dokumentasi siswa sekolah, kemudian ada tulisan untuk judul di dalam foto dan logo Al Hasanah Bengkulu, maka AI/ML sebuah platform akan mendeteksi hal tersebut dan dijadikan sebuah keyword untuk pencarian “Al Hasanah Bengkulu”. Canggih bukan?

Description

Ini sudah tidak asing juga, karena setiap kita melakukan publikasi konten di media sosial, kita akan mengisikan 2 hal: konten utama (berupa gambar/foto/video) dan penjelasan tentang konten utama dalam kolom deskripsi atau disebut juga dengan caption. Jika artikel bisa diselipkan dengan gambar, description atau caption ini full-text. Teks di description inilah yang didetekso oleh AI/ML juga sebagai related keyword yang menjadi clue si platform untuk merekomendasikan konten kita ketika ada pencarian.

Hashtag

Masih berelasi dengan description, hashtag juga formatnya text, tapi hash tag secara penempatan tidak melulu ada di description atau caption. Hashtag menjadi lumrah dipasang di judul konten, misal di platform berbagi video YouTube, sering kita jumpai orang meletakkan hashtag tidak hanya di description tapi juga di judul. Hashtag ini semacam keyword yang hardcoded, platform benar-benar akan memunculkan konten kamu ketika keyword-nya sama persis, walaupun ternyata kontennya tidak relate sama sekali. Misalkan foto tentang pemandangan pantai, kemudian kamu menuliskan hashtag-nya adalah #gunung, maka ketika orang mencari gunung, foro pantai yang kamu upload akan muncul.

Nama File

Nah, ini yang mungkin juga masih asing untuk orang awam. Jadi, setiap konten non teks seperti video, gambar, ebook, audio, ketika kita akan upload, pastinya semua format konten tersebut mempunyai nama file. Disarankan menyisipkan keyword yang relevan supaya ketika ada pencarian juga akan direkomendasikan konten kita. Misalkan foto outbound Al Hasanah, ketika ingin upload foto, jangan biarkan namanya masih sesuai format kamera seperti misalnya DSCIMG123456.jpg, sebaiknya kamu ganti menjadi misal alhasanah-bengkulu-outbound-paudit.jpg. Name file itu lebih memudahkan robot di platform mendeteksi keyword di konten kita.

Sudah lebih jelas ya mengapa disebutkan keyword adalah kunci, karena memang di balik semua konten yang dipublikasikan, ada meta data yang berisi keyword-keyword tertentu yang secara teknis kita tujukan ke pada platform. Timbal baliknya, platform menampilkan konten kita ketika orang lain ingin mencari konten sesuai dengan keyword yang dicarinya. Keyword adalah kunci.

Pin It on Pinterest

Share This

Share This

Share this post with your friends!