Hampir setiap app di smartphone kita menyembunyikan promosi yang tak terelakkan: in-app purchase, atau pembelian dalam aplikasi. Dari permainan yang mengasyikkan hingga aplikasi produktivitas, fitur ini seperti pedang bermata dua yang bisa memperkaya pengalaman pengguna sekaligus membuka pintu bagi pemborosan yang tidak terkendali. Jelas ini strategi developer aplikasi dalam merilis aplikasinya, minimal pengguna download terlebih dulu aplikasinya. Berbeda dengan aplikasi berbayar yang mengharuskan kita membayar dulu sebelum download.

Bayangkan anak muda yang tenggelam dalam dunia virtual, terlebih Gen Z yang hidup ketika semua teknologi canggih masa kini beriringan dengan pertumbuhan mereka. Bayangkan diri Anda, terpikat oleh aplikasi yang menawarkan fitur premium dengan janji akan produktivitas atau hiburan yang lebih baik. In-app purchase memang dirancang untuk memikat, seringkali dengan memanfaatkan psikologi pengguna untuk mendorong pembelian impulsif. Efeknya, tanpa disadari, pengeluaran membengkak, dan apa yang awalnya tampak sebagai transaksi kecil bisa berakumulasi menjadi jumlah yang signifikan.

Waspada Pemborosan In-App Purchase

Dampak dari in-app purchase tidak hanya terbatas pada pemborosan finansial. Bagi anak muda, terutama, ini bisa menjadi pelajaran awal yang salah tentang nilai uang dan konsumsi. Mereka mungkin belum memiliki pengertian yang cukup tentang kerja keras yang diperlukan untuk mendapatkan uang, atau tentang pentingnya mengelola keuangan dengan bijak. Itulah kenapa ada pemberitaan tentang tagihan berjuta-juta karena terlalu FOMO (Fear Of Missing Out) dari apps atau game tertentu. Selain itu, kebiasaan pembelian impulsif yang dikembangkan bisa berlanjut hingga dewasa, mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan finansial yang bijak.

Ketergantungan pada in-app purchase juga bisa mengurangi apresiasi terhadap konten gratis atau berbayar sekali yang sebenarnya bisa memberikan nilai lebih. Lebih jauh lagi, ini memperburuk masalah ekonomi makro seperti hutang konsumen yang terus meningkat dan ketidakseimbangan dalam pengeluaran rumah tangga. Hal yang belum terbayang untuk anak muda atau Gen-Z. Untuk menghindari jebakan in-app purchase, ada beberapa langkah yang bisa diikuti:

  1. Budgetting: Sebelum memutuskan untuk berbelanja dalam aplikasi, penting untuk menetapkan budget untuk berlangganan aplikasi dalam bulanan untuk pengeluaran digital. Ini akan membantu mengontrol kebiasaan berbelanja dan mencegah pengeluaran berlebihan. Jangan asal mengkoneksikan e-wallet kita dengan aplikasi, terlebih yang sifatnya berlangganan alias rutin: bulanan, tahunan, dan seterusnya.
  2. Baca Review: Sebelum melakukan pembelian, luangkan waktu untuk membaca ulasan dari pengguna lain. Ini dapat memberikan perspektif tentang apakah item atau fitur yang akan dibeli benar-benar bernilai atau tidak.
  3. Pahami Kebijakan Pembelian: Setiap aplikasi memiliki kebijakan pembelian dan pengembalian uang yang berbeda. Memahami kebijakan ini dapat membantu membuat keputusan yang lebih bijak dan menghindari kekecewaan di kemudian hari. Karena ada saja ketidaktahuan yang membuat kita merogoh kocek lebih dalam, contohnya kita kira pembeliannya adalah one-time purchase, ternyata setiap bulan ditagihkan.
  4. Gunakan Parental Control: Bagi orang tua, menggunakan fitur parental control pada perangkat anak-anak adalah langkah penting untuk mengontrol akses pembelian dalam aplikasi. Ini akan membantu melindungi anak dari membuat transaksi yang tidak diinginkan. Jadi ketika ada pembelian, perlu approval dari orang tua terlebih dulu.
  5. Kenali Trik Marketing: Pemasar aplikasi sering menggunakan trik untuk mendorong pengguna melakukan pembelian. Dengan mengenali trik tersebut, seperti “penawaran terbatas” atau “bonus eksklusif”, Anda bisa lebih waspada dan tidak tergoda untuk berbelanja tanpa perlu. Dahulukan fungsi, bukan sekedar FOMO.

In-app purchase memang menawarkan kemudahan dan kepuasan instan dalam menggunakan aplikasi, namun jangan sampai kepraktisannya membuatmu terjerumus ke dalam masalah keuangan. Dengan menjadi konsumen yang cerdas dan waspada. Ingatlah di era digital ini, kebijaksanaan berbelanja bukan hanya soal menghemat uang, tapi juga tentang menjaga kesehatan mental dan keuangan jangka panjang. Mari kita jadikan penggunaan teknologi tidak hanya sebagai sarana hiburan, tapi juga sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup kita dengan cara yang bertanggung jawab.

Pin It on Pinterest

Share This

Share This

Share this post with your friends!