Jangan salah menafsirkan dulu sebelum baca lengkap artikel ini. Apa kamu sudah berpikir “cracker kan snack, cemilan, kok dibandingkan sama Hacker sih”. Ya, secara istilah memang sama dengan makanan ringan, agak ambigu memang, sama seperti cokelat yang jika tidak ada konteks yang jelas, kita akan bingung cokelat sebuah warna atau sebuah dessert yang manis. Yang jelas, cracker itulah yang jahat, bukan si hacker.
Di lingkunganmu pasti lebih familiar dengan istilah hack. Jika ada yang akun social medianya hilang, kita bilang “akunku kena hack”. Sudah familiar ya kalimat seperti itu, tapi apakah memang hacker atau peretas itu memang pekerjaannya meretas dan merugikan orang lain dengan memanfaatkan privacy dan credential pengguna internet?
Hacker Bukan Perusak
Istilah “Hacker” muncul lebih dari 50 tahun yang lalu, tepatnya awal 1960-an yang dicanangkan para mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT) di laboratorium AI (Artificial Intellegence). Saat memunculkan istilah hacker, para mahasiswa MIT memaknai dengan arti positif yaitu sebutan untuk anggota mereka yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik dari yang sudah dikembangkan sebelumnya. Sederhananya adalah orang yang ahli dan bisa mewujudkan aplikasi dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya. Dari cerita itu, tidak terlihat sama sekali ada proses atau itikad merugikan orang lain bukan?
Hacker sebenarnya merupakan profesi, yang namanya profesi artinya ada profesionalisme dalam bekerja, dan tentunya hacker mempunyai kode etik seperti:
- Segala informasi harus bebas diakses
- Jangan percaya pada otoritas, promosikan desentralisasi
- Seseorang dapat menciptakan karya seni di komputer
- Komputer untuk kehidupan yang lebih baik
- Tidak ada batasan untuk akses ke sebuah sistem komputer
Kurang lebih itulah poin-poinnya. Bersamaan dengan semakin dikenalnya istilah itu, pada tahun 1983 ada sebuah kasus pembobolan 80 komputer yang untuk pertama kalinya FBI menangkap kasus kriminal menggunakan komputer. Sayangnya media yang memberitakan menggunakan istilah hacker sebagai kambing hitam yang melakukan pembobolan itu. Jadilah istilah hacker menjadi abu-abu, apakah sebuah kejahatan atau memang kegiatan profesional mengembangkan aplikasi. Perlu dilihat dari sudut pandang yang jelas aktivitasnya apa. Itulah kenapa supaya tidak ambigu, banyak course yang mengajarkan hacking dengan judul Ethical Hacking.
Cracker si Perusak
Ada peran protagonis, ada juga peran antagonis. Jika hacker yang sebenarnya adalah tokoh protagonis alias tokoh yang baik. Cracker inilah tokoh antagonis yang bersembunyi di balik istilah hacker, membuat profesi hacker tidak sebagus yang dicanangkan di awal. Salah satu yang membuat cracker tersamarkan karena mereka juga menganut kode etik yang sama dengan hacker, tapi kelakukan atau aktivitas mereka berbeda, cracker cenderung merugikan orang lain.
Pada tahun 1999, James O’Brien membuat literasi baru dengan karya bukunya berjudul Management Information System. Di dalam bukunya dia mendefinisikan aktivitas hacking sebagai perilaku obsesif atau tanpa otorisasi saha dalam menggunakan komputer atau jaringan komputer. Disampaikan pula tentang cracker yang merupakan hacker ilegal yang kerap mencuri dan merusak data dan program hingga mengganti tampilan suatu website di internet. Nah, sudah tau ya, ketiak melihat website tertentu diretas itu adalah kegiatan cracking, bukan hacking.
Setahun setelahnya pada tahun 2000, Richard Mansfield dalam bukunya berjudul Hacker Attack menegaskan bahwa hacker adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk melakukan eksplorasi dan penetrasi terhadap sebuah sistem operasi dan kode komputer pengaman lainnya, tapi aktivitasnya tidak melakukan tindakan pengrusakan atau pencurian informasi apapun. Semakin jelas ya perbedaan hacker dan cracker.
Memang agak susah susah membedakan karena medium yang digunakan hacker dan cracker itu sama, sama-sama menggunakan media komputer dan umumnya juga koneksi internet. Tapi sangat mudah melakukan justifikasi siapa hacker dan siapa cracker dari aktivitas dan hasil dari pekerjaannya. Para hacker sering bekerja di sebuah perusahaan keamanan digital. Hacker bisa membantumu untuk mengetes sebagus apa keamanan aplikasi atau websitemu. Tapi begitu hacker tau celahnya, dia akan memberitahumu untuk memperbaikinya, bukan seperti cracker yang justru akan menggunakannya untuk keuntungan dia sendiri.