Kehidupan sosial manusia biasanya memiliki beragam problematika. Salah satu di antaranya adalah saling berprasangka. Agar tak berkembang menjadi fitnah, prasangka harus dikonfirmasi kebenarannya. Mengonfirmasi informasi dalam Islam biasa disebut tabayyun. Allah juga menjelaskan pentingnya tabayyun dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
(QS. Al-Hujurat: 6)
Kehati-hatian kita saat menerima berita memang harus menjadi perhatian. Sesungguhnya berita yang kita dengar bukan hanya berpotensi merugikan kita, tetapi juga dapat merugikan orang lain. Tabayyun menjadi sikap yang perlu dipelajari dan diamalkan kapan pun, sebab ada banyak sikap dalam hubungan antar manusia yang rawan dusta maupun fitnah jika tidak dikonfirmasi.
Selain soal prasangka, tabayyun juga erat berkaitan ilmu seseorang. Jika kita tidak betul-betul paham pada sebuah informasi maupun ilmu, ada baiknya kita mencari tahu dulu kebenarannya. Allah berpesan dalam Al-Qur’an:
وَ لاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ , إِنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ وَ الْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.
(QS al-Isrâ’ [17]: 36)
Tabayyun juga pernah dilakukan Rasulullah ketika masa perdamaiannya dengan kaum Yahudi. Kala itu Abdullah bin Sahl dan Muhayyishah pergi ke perkampungan Khaybar. Keduanya terpisah karena sebuah keperluan, lalu Muhayyishah menemukan Abdullah bin Sahl bersimbah darah dan meninggal di sebuah sumur.
Alih-alih berada di kawasan kaum Yahudi, Muhayyishah pun menuduh kaum Yahudi yang membunuh Abdullah bin Sahl. Namun, kaum Yahudi membantahnya. Muhayyishah pun mengadu kepada Rasulullah tentang kejadian tersebut. Namun ternyata Rasulullah tidak langsung menginisiasi perang dengan kaum Yahudi karena peristiwa tersebut, tetapi justru mengirim surat ke kaum Yahudi untuk mengonfirmasi hal tersebut. Kaum Yahudi membantah tuduhan tersebut.
Selanjutnya, Nabi pun meminta Muhayyishah bersumpah atas pernyataannya, tetapi ia menolaknya karena sesungguhnya ia memang tak melihat langsung siapa yang membinasakan Abdullah bin Sahl. Dengan tabayyun tersebut, Nabi dapat memertimbangkan keputusan. Akhirnya Nabi memilih membayar denda (sesuai ketentuan hukum) sebanyak 100 unta kepada keluarga Abdullah bin Sahl.
Hal tersebut dilakukan Rasul walau membuatnya rugi, demi menghindari peperangan dengan Yahudi karena prasangka yang berpotensi berkembang fitnah.