Siapa yang boleh mengajarkan murid di sekolah formal? Apakah harus lulusan keguruan dan pendidikan? Sebagian besar mungkin seperti itu. Tapi apa jadinya jika seorang lulusan hukum mengajar di sekolah formal? Yang diajar bahkan bukanlah anak-anak biasa. Tapi “berandalan” yang sebagian besar di lingkungan mereka tidak bisa hidup hingga usia 18 tahun.
Ini adalah kisah nyata seorang guru yang bernama Miss Gruwell. Seorang guru sekaligus pendidik yang mengajar di sekolah menengah di Long Beach, California. Sebuah film inspiratif yang layak sekali Anda tonton, terutama bagi para guru. Film ini berjudul Freedom Writer.
Coba bayangkan saat Anda mengajar di depan kelas, lalu tiba-tiba ada celetukan dari murid.
“Kenapa kami harus menghormatimu. Apakah karena kamu seorang guru? Dan juga bukan berarti kamu yang di depan lebih baik dibandingkan kami kan?”
Apakah Anda akan marah? Tersinggung? Atau malah berhenti mengajar? Berbagai rasa yang campur aduk itu dirasakan oleh Miss Gruwell. Tapi niat baiknya yang mulia tidak rapuh dan berhenti begitu saja. Hingga di suatu momen saat seorang siswa di-bully, dia pun mendapat kesempatan untuk ‘membalas’ dengan ucapan:
“Bukan berarti hanya karena masa lalu kalian yang kelam, lalu kalian melakukan ini. Perlakuan ini tidak akan mengubah apa pun …”
Berbagai interaksi di kelas memberikan banyak warna dan perubahan perlahan dalam hidup mereka. Hingga suatu momen, Miss Gruwell memberikan dua tugas menarik bagi siswanya.
Pertama, membaca buku tentang Anne Frank yang memiliki banyak persamaan masa lalu dengan mereka. Menariknya buku yang dia bagikan kepada muridnya dibeli dengan biayanya sendiri dengan bekerja paruh waktu di salah satu pertokoan.
Tugas kedua adalah jurnal harian. Miss Gruwell memberikan tugas jurnal harian yang wajib diisi setiap harinya. Saat membagikan buku tersebut, dia berkata dari depan kelas sambil menunjuk lemari belakang:
“Kalian boleh menulis apa pun di dalam jurnal ini. Masa lalu kalian, pengalaman kalian, kebencian, dan apa pun. Ini tidak akan dinilai. Bagaimana mungkin saya bisa menilai kebenaran dengan angka? Jurnal ini akan dikumpul setiap harinya. Dan jika kalian mengizinkan, jurnal ini akan saya baca jika kamu meletakkan jurnal ini di lemari itu. Lemari ini akan saya buka setiap harinya dan saya kunci setelah jam sekolah usai”
Hal tersebut tentu menjadi suatu hal aneh bagi anak berandalan yang hidup bersama bahkan menjadi gangster. Tapi ketulusan Miss Gruwell pun perlahan mampu menyentuh hati siswanya. Perlahan tapi pasti mereka pun mulai tergerak untuk menulis di jurnal harian tersebut. Menuangkan kegelisahan mereka dengan berbagai suara tulisan yang berbeda.
Coba tebak berapa banyak yang mengisi jurnal harian tersebut? Semuanya! Seluruh jurnal harian dikumpulkan di lemari tersebut Hal in menandakan bahwa mereka menginginkan untuk didengar. Pengalaman mereka didengar. Karena siapa lagi yang bisa mendengarkan jika tidak ada orang terdekat yang bisa mendengarkan. Dan Miss Gruwell hadir sebagai cahaya kecil akan harapan mereka di masa depan.
“Dia bilang pada kami bahwa ada sesuatu untuk disampaikan ke orang-orang. Kami bukan sekedar anak-anak lagi di ruang kelas. Kami penulis dengan suara kami sendiri, cerita kami sendiri. Bahkan jika tak seorang pun membacanya, buku akan menjadi sesuatu yang ditinggalkan dan menyuarakan kami pernah disini, inilah yang terjadi, kami berharga. Bahkan jika hanya untuk satu sama lain, kami tak akan melupakannya. Ms. G tak menjanjikan itu akan diterbitkan atau apapun, tapi kami bisa dapatkan diri kami di luar sana. Dia meminta kami dengan “sesuatu” untuk menyebutkan kami sendiri.”
Sebuah film inspiratir yang layak Anda tonton. Baik sebagai guru atau bukan. Sebuah kisah yang membuktikan bahwa menulis mampu memberikan perubahan yang nyata.