“Dakwah yuk?”
“Duh dakwah apaan. Aku nggak bisa apa-apa. Banyak dosa. Udah kamu aja. Aku bantu doa.”
Percakapan fiksi ini biasa terjadi di dunia nyata. Berbagai alasan untuk menunda dakwah karena “saya bukan siapa-siapa”. Akibatnya, dampak dakwah hanya dirasakan oleh yang itu-itu saja. Mereka lagi, mereka lagi. Bagaimana dengan orang yang “jauh” di sana?
Dakwah bukan hanya tugas ustadz. Karena kalaulah hanya tugas ustadz, akankah mereka bisa menjangkau semua orang? Belum tentu.
Dakwah juga bukan hanya melalui mimbar. Karena kalaulah hanya melalui mimbar, bagaimana dengan mereka yang jarang mendatangi majelis ilmu di kajian-kajian dalam masjid?
Dakwah sejatinya adalah peran semua orang. Tentu, sesuai kapasitas masing-masing. Karena tidak mungkin juga santri yang baru lulus pesantren langsung tiba-tiba mengisi tabligh akbar yang didengar ratusan bahkan ribuan jamaah. Sabar, perlahan. Semuanya punya peran. Semuanya butuh proses.
Tapi sebenarnya apa sih makna dakwah?
Sederhananya begini. Dakwah adalah mengajak. Mengajak ke mana? Mengajak ke arah kebaikan. Apa itu kebaikan? Jelas, Al-Quran dan sunnah. Caranya pun beragam. Asalkan tidak melanggar syariat, sangat diperbolehkan.
Di zaman digital, dakwah pun menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Coba saja tanyakan kepada orang umum siapa ustadz favoritnya. Mereka pasti punya nama beragam yang tidak asing lagi didengar. Bahkan jika ditanya kepada anak muda, apa akun dakwah favoritnya, mereka juga punya beragam jawaban.
Dari awalnya menjadi penikmat dakwah, perlahan mari ambil peran untuk berdakwah. Caranya? Gunakan social media. Manfaatkan dunia digital. Dengan segala keterbatasan diri, digital, social media, dan teknologi bisa membantu kita untuk memperluas jangkauan dakwah.
Setidaknya, ada 3 cara mudah dakwah melalui digital. Apa saja?
1. Create, Bikin Kontenmu Sendiri
Cara pertama ini adalah mengolah konten hampir dari nol. Bikin akun sendiri yang isinya adalah ajakan kebaikan. Di akun tersebut bisa diisi konten dari kreator itu sendiri. Bukan hasil copas dari akun lainnya ya, melainkan olahan. Apa saja konten yang bisa dibuat? Beragam. Bisa tulisan bermakna, visual yang mencerahkan, video one minute booster dan beragam konten lainnya.
2. Repost dan Share, Posting Ulang Karya Orang Lain
Repost dan share cenderung lebih mudah dibandingkan cara pertama. Tidak perlu repot untuk membuat konten dari nol. Bermodalkan aplikasi pendukung atau copas dari akun lain. Di Instagram, aplikasi seperti “repost” biasa digunakan. Bisa juga dengan memposting ulang secara manual yang disertai referensi. Atau cara yang lebih mudah dengan menekan ikon pesawat untuk nge-share di story Instagram.
3. Tag dan Mention, Ajak Orang Lain
Cara ini jauh lebih mudah. Tidak perlu bikin konten sendiri, tidak perlu juga menambah konten di akun pribadi. Cukup dengan tag atau mention nama teman kamu pada konten khusus yang dirasa berkaitan dengan pesan yang dibutuhkan oleh temanmu itu.
Begitu mudah memang dakwah di era digital. Tapi tentu, dakwah tidak hanya bisa bermodal semangat saja. Menambah ilmu dengan membaca buku dan berguru juga penting. Agar nantinya, dakwah yang kita sampaikan dapat dipertanggungjawabkan, bukan malah lempar batu sembunyi tangan. Karena dakwah harusnya merangkul, bukan memukul. Mengajak, bukan mengejek. Mengayomi, bukan menghakimi.