Anak merupakan anugerah besar yang Allah titipkan kepada sepasang orang tua. Ada berbagai perjuangan yang berbeda-beda di setiap keluarga. Ada yang merasakan ujian panjang agar dapat mewujudkan impian untuk melahirkan anak, ada juga yang diuji saat hamil, dan ada pula yang diuji saat merawat anak yang telah lahir. Di antara ujian pada anugerah tersebut, ada keberadaan anak istimewa yang membutuhkan perhatian lebih yaitu anak berkebutuhan khusus.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, anal berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya yang dibandingkan anak-anak lain yang seusia dengannya. Pada kondisi tersebut, klasifikasi anak berkebutuhan khusus pun beragam. Umumnya, mereka akan diperlakukan secara berbeda menyesuaikan dengan kondisi khusus masing-masing.
Dalam menempuh pendidikan formal, kita tentu mengenal sekolah luar biasa (SLB) yang menjadi tempat anak berkebutuhan khusus untuk belajar. Ada pula sekolah inklusi, yaitu sekolah umum yang memiliki kualifikasi khusus (harus memiliki guru contoh) yang memfasilitasi pendidikan ABK bersama anak-anak lain. Dengan perlakuan yang berbeda seperti di atas, tentu sangat berpengaruh pada pemikiran dan perasaan anak berkebutuhan khusus. Tak sedikit dari mereka yang merasa minder dan pesimis karena kondisinya, khususnya bagi mereka yang memiliki kondisi khusus secara fisik.
Sebagai orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tentu butuh trik untuk dapat terus menyalakan optimisme dalam diri anak. Dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud RI disebutkan ada 5 kunci agar orang tua dapat optimal dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.
Pertama, perlakukan anak sebagai manusia utuh. Walaupun mungkin tidak pernah terpikirkan bahwa akan diberikan kesempatan mengasuh anak berkebutuhan khusus, orang tua perlu ingat dan percaya bahwa sangat penting untuk mau menerima kondisi anak. Untuk dapat membuat hati lebih legowo, ingatlah bahwa setiap anak memiliki keunikan dan rizki masing-masing. Dengan terus mengingatnya, seiring berjalannya waktu orang tua akan semakin menerima kondisi anak. Jika sudah dapat menerimanya, orang tua juga akan lebih mudah dan senang secara sadar bahwa mereka harus memerlakukan anaknya sebagai manusia.
Kedua, PR besarnya adalah membuat anak optimis. Jika orang tua sudah selesai dengan masalah penerimaan, mereka akan lebih fokus mencari kelebihan anak dan mengelolanya dengan hati-hati termasuk soal sekolah. Pilihlan lembaga pendidikan hingga aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan anak, bukan hanya berdasarkan testimoni orang lain. Bantu anak untuk menggali diri dan ajak mereka untuk mengembangkannya tanpa harus membandingkan dengan anak lain.
Ketiga, saat orang tua telah memetakan kebutuhan anak dan mencoba memenuhinya, berikan ia kepercayaan untuk melakukan. Percaya padanya tentunya berbeda dengan membebani. Secara psikologis, selayaknyan manusia lain mereka pun ingin memiliki peran dan dipercaya.
Keempat, tambah waktu bersyukur. Pada hakikatnya, hidup adalah tempat pengujian yang waktu datangnya bergantian. Artinya, saat kita berhasil menyelesaikan satu ujian maka kita harus ingat bahwa nantinya akan ada ujian lain yang lebih besar. Bayangkan jika orang tua anak berkebutuhan khusus sibuk meratap, saat ada nikmat yang Allah kirim pun akan tetap jauh dari syukur. Itulah mengapa perlu lebih banyak bersyukur dari sebelumnya.
Terakhir, beri waktu diri untuk bersantai. Merawat anak berkebutuhan khusus tentu menghabiskan energi yang luar biasa. Walaupun ingin anak mendapatkan yang terbaik, orang tua tidak boleh lupa untuk merawat diri sendiri dengan memberi jeda sejenak. Hal ini jadi penting karena jika orang tua tidak memelihara kecemasan, maka nantinya bisa saja anak menjadi pelampiasan saat emosi tidak dapat dikendalikan.